Syukur kupanjatkan atas segala karunia yang begitu berlimpah dari Tuhan Yang Maha Pemurah. Kadang begitu lalai dalam pesan kehidupan bersama lirihnya sebuah suara didasar jiwa. Kadang kita tak menyadari bahwa Allah SWT sedang menguji kita. Bahwa Allah SWT telah menjawab doa hambaNya. Sungguh Allah SWT tidak pernah menzalimi hambaNya. Justru hambanyalah yang menjerumuskan dirinya sendiri. Teringat sebuah kata-kata, entah mengapa begitu terkesan dan tak dapat terlupa.
“Manusia, kadang ia begitu baik. Sampai malaikat itu merasa iri atas kebaikannya. Dan kadang ia begitu jahatnya. Sampai syetan pun malu untuk berteman dengannya.”
Tak dapat berkata-kata. Merenung tentang arti dari semua yang telah terlaksana. Memaknai semua dengan baik prasangka. Lalu kudapati diri ini begitu lemah dan selalu salah dalam mengartikan cinta. CintaNya Sang Maha Pemurah, Yang Maha Mencintai seluruh mahlukNya. Bahkan semut kecil yang begitu kecilnya hingga tak tampak dipelupuk mata, semuannya mendapat kadar rezeki dari Tuhan Semesta, Sang Penguasa Jagad Raya.
Terbangun diatas sebuah sajadah yang iringi doa menembus langit. Pintaku agar diri ini diberikan kekuatan Iman agar tegar bak karang yang tak pernah lelah diterjang ombak samudra. Kokoh bagai pohon yang menghujamkan akarnya kebumi lalu dahannya menjulang mengangkasa. Kemudian dengan daunnya yang rindang dia memberikan keteduhan bagi siapa saja.
Selalu saja kita yang menkambinghitamkan syetan, dan menyalahkan dunia . Tak pernah kita introspeksi diri kita yang begitu lemah. Menyalahkan orang lain tanpa pernah mengakui kesalahannya. Menganggap dirinya paling benar seolah tanpa cacat, begitu sombong seolah kematian hanya untuk mereka bukan dirinya. Mungkin ziarah kubur adalah pilihan wisata yang tepat diakhir pekan. Mengunjungi rumah singgah ketiga setelah alam rahim dan dunia. Kelak kita akan ke sana, ke alam barzakh, ditemani amal perbuatan yang sudah terlaksana. Baik buruknya tergantung perbuatan kita.
Penuhilah diri dengan cahaya iman. Begitu terang menembus awan-awan gelap yang kadang menutupi hati. Lalu basuhlah dia bersama thaharah yang suci. Maka ia akan biaskan pelangi. Lalu berbagilah dengan siapa saja, dengan mereka yang masih mengabaikan hakikat hidup yang sementara. Dengan mereka yang terlupa bahwa dirinya hanyalah seorang hamba. Berbagilah kebaikan dimana kita berada.
Ajaklah siapa saja untuk menjawab seruanNya. Meskipun mereka menolaknya berkali-kali, namun janganlah menyerah. Dibutuhkan kesabaran, karena Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk bersabar bersama lapisan batu penduduk thaif. Dibutuhkan stabilitas dan konsistensi dalam dakwah. Karena yang kita sampaikan adalah risalah yang mulia. Yang mengajarkan manusia tentang arti cinta sesungguhnya. Cinta kepada Allah Subhana wa Ta'ala.
“Manusia, kadang ia begitu baik. Sampai malaikat itu merasa iri atas kebaikannya. Dan kadang ia begitu jahatnya. Sampai syetan pun malu untuk berteman dengannya.”
Tak dapat berkata-kata. Merenung tentang arti dari semua yang telah terlaksana. Memaknai semua dengan baik prasangka. Lalu kudapati diri ini begitu lemah dan selalu salah dalam mengartikan cinta. CintaNya Sang Maha Pemurah, Yang Maha Mencintai seluruh mahlukNya. Bahkan semut kecil yang begitu kecilnya hingga tak tampak dipelupuk mata, semuannya mendapat kadar rezeki dari Tuhan Semesta, Sang Penguasa Jagad Raya.
Terbangun diatas sebuah sajadah yang iringi doa menembus langit. Pintaku agar diri ini diberikan kekuatan Iman agar tegar bak karang yang tak pernah lelah diterjang ombak samudra. Kokoh bagai pohon yang menghujamkan akarnya kebumi lalu dahannya menjulang mengangkasa. Kemudian dengan daunnya yang rindang dia memberikan keteduhan bagi siapa saja.
Selalu saja kita yang menkambinghitamkan syetan, dan menyalahkan dunia . Tak pernah kita introspeksi diri kita yang begitu lemah. Menyalahkan orang lain tanpa pernah mengakui kesalahannya. Menganggap dirinya paling benar seolah tanpa cacat, begitu sombong seolah kematian hanya untuk mereka bukan dirinya. Mungkin ziarah kubur adalah pilihan wisata yang tepat diakhir pekan. Mengunjungi rumah singgah ketiga setelah alam rahim dan dunia. Kelak kita akan ke sana, ke alam barzakh, ditemani amal perbuatan yang sudah terlaksana. Baik buruknya tergantung perbuatan kita.
Penuhilah diri dengan cahaya iman. Begitu terang menembus awan-awan gelap yang kadang menutupi hati. Lalu basuhlah dia bersama thaharah yang suci. Maka ia akan biaskan pelangi. Lalu berbagilah dengan siapa saja, dengan mereka yang masih mengabaikan hakikat hidup yang sementara. Dengan mereka yang terlupa bahwa dirinya hanyalah seorang hamba. Berbagilah kebaikan dimana kita berada.
Ajaklah siapa saja untuk menjawab seruanNya. Meskipun mereka menolaknya berkali-kali, namun janganlah menyerah. Dibutuhkan kesabaran, karena Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk bersabar bersama lapisan batu penduduk thaif. Dibutuhkan stabilitas dan konsistensi dalam dakwah. Karena yang kita sampaikan adalah risalah yang mulia. Yang mengajarkan manusia tentang arti cinta sesungguhnya. Cinta kepada Allah Subhana wa Ta'ala.
No comments:
Post a Comment