Saturday, April 25, 2009

Lirih Suara di Dasar Jiwa

Syukur kupanjatkan atas segala karunia yang begitu berlimpah dari Tuhan Yang Maha Pemurah. Kadang begitu lalai dalam pesan kehidupan bersama lirihnya sebuah suara didasar jiwa. Kadang kita tak menyadari bahwa Allah SWT sedang menguji kita. Bahwa Allah SWT telah menjawab doa hambaNya. Sungguh Allah SWT tidak pernah menzalimi hambaNya. Justru hambanyalah yang menjerumuskan dirinya sendiri. Teringat sebuah kata-kata, entah mengapa begitu terkesan dan tak dapat terlupa.

“Manusia, kadang ia begitu baik. Sampai malaikat itu merasa iri atas kebaikannya. Dan kadang ia begitu jahatnya. Sampai syetan pun malu untuk berteman dengannya.”

Tak dapat berkata-kata. Merenung tentang arti dari semua yang telah terlaksana. Memaknai semua dengan baik prasangka. Lalu kudapati diri ini begitu lemah dan selalu salah dalam mengartikan cinta. CintaNya Sang Maha Pemurah, Yang Maha Mencintai seluruh mahlukNya. Bahkan semut kecil yang begitu kecilnya hingga tak tampak dipelupuk mata, semuannya mendapat kadar rezeki dari Tuhan Semesta, Sang Penguasa Jagad Raya.

Terbangun diatas sebuah sajadah yang iringi doa menembus langit. Pintaku agar diri ini diberikan kekuatan Iman agar tegar bak karang yang tak pernah lelah diterjang ombak samudra. Kokoh bagai pohon yang menghujamkan akarnya kebumi lalu dahannya menjulang mengangkasa. Kemudian dengan daunnya yang rindang dia memberikan keteduhan bagi siapa saja.

Selalu saja kita yang menkambinghitamkan syetan, dan menyalahkan dunia . Tak pernah kita introspeksi diri kita yang begitu lemah. Menyalahkan orang lain tanpa pernah mengakui kesalahannya. Menganggap dirinya paling benar seolah tanpa cacat, begitu sombong seolah kematian hanya untuk mereka bukan dirinya. Mungkin ziarah kubur adalah pilihan wisata yang tepat diakhir pekan. Mengunjungi rumah singgah ketiga setelah alam rahim dan dunia. Kelak kita akan ke sana, ke alam barzakh, ditemani amal perbuatan yang sudah terlaksana. Baik buruknya tergantung perbuatan kita.

Penuhilah diri dengan cahaya iman. Begitu terang menembus awan-awan gelap yang kadang menutupi hati. Lalu basuhlah dia bersama thaharah yang suci. Maka ia akan biaskan pelangi. Lalu berbagilah dengan siapa saja, dengan mereka yang masih mengabaikan hakikat hidup yang sementara. Dengan mereka yang terlupa bahwa dirinya hanyalah seorang hamba. Berbagilah kebaikan dimana kita berada.

Ajaklah siapa saja untuk menjawab seruanNya. Meskipun mereka menolaknya berkali-kali, namun janganlah menyerah. Dibutuhkan kesabaran, karena Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk bersabar bersama lapisan batu penduduk thaif. Dibutuhkan stabilitas dan konsistensi dalam dakwah. Karena yang kita sampaikan adalah risalah yang mulia. Yang mengajarkan manusia tentang arti cinta sesungguhnya. Cinta kepada Allah Subhana wa Ta'ala.

Friday, April 24, 2009

Doa Iblis Di Suatu malam

Iblis berdoa pada Allah tentang kebenciannya pada manusia, Nabi Adam dan keturunannya.
Dalam doa yang dipanjatkannya pada Sang Khalik, ia berujar

"Bukankah ia selama ini selalu taat kepada Allah, selalu mengikuti segala perintah Allah, selalu dan selalu menjadi hambaNya..."

Tapi mengapa kemudian di saat Allah menciptakan manusia yang berasal dari lumpur hitam yang letaknya dibawah, terinjak-injak, Allah menjadi lebih sayang pada manusia dan malah menyuruh Iblis untuk tunduk pada manusia.

Iblis tidak bisa menerima hal itu, ia merasa cuma karena satu kesalahan itu saja, Allah telah melaknatnya, begitu murkanya hingga mengusirnya dari syurga dan memasukkannya ke dalam neraka, kekal didalamnya.

Lalu terhadap manusia yang Allah muliakan itu, berkata ia

"Lihatlah ya Rabb, baru saja dikeluarkan dari syurga, manusia itu telah membunuh saudara kandungnya, lalu saat Nabi Musa beranjak sebentar meninggalkan kaumnya, mereka telah berubah menjadi penyembah sapi yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri. Alangkah ruginya Engkau menciptakan lumpur hitam itu. Lalu mereka pula yang membunuh nabi-nabi, utusanMu yang terkasih karena keingkaran mereka..." (Iblis mengutuk dan teramat kesal akan rasa sayang Allah pada manusia....)

Lalu iblis melanjutkan doanya....

"Karena rasa benciku pada manusia kumohonkan padaMu agar kau tangguhkan akhir untukku...Aku akan menjadikan mereka teman-teman untukku kelak di nerakaMU...Namun apa yang kudapati, manusia itu, lumpur hitam itu sendirilah yang lebih menjerembabkan diri mereka sendiri kepada kemaksiatan, baru kugoda selangkah, mereka telah berlangkah-langkah jauh dariMU....Namun ya Rabb, kenapa masih saja engkau mengasihi dan mengampuni mereka...Padahal banyak sekali kesalahan-kesalahan yang telah mereka perbuat".


Iblis saja mengaku kalah akan keingkaran manusia. Bagaimana dengan kita sendiri? Maukah kita mengakuinya? Apa jadinya kalau Allah menampakkan segala maksiat dan dosa-dosa yang telah kita lakukan, hmm...tidak akan sanggup kita berjalan di bumi Allah ini.....ya kan?
Moga, ini akan makin membuka mata hati kita untuk makin cinta sama Allah. Tidak terbayangkan jikalau Allah mengabulkan dan mengiyakan pendapat Iblis ini....
Memang benar Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang....tapi ingat, azab Allah pun teramat pedih...
Selagi masih diberi kesempatan, jangan sia-siakan masa ini (Allah sendiri pun telah bersumpah atas waktu..." Demi masa...)
Kisah ini dituliskan agar kita makin mendekatkan diri padaNya....membaca dan mengamalkan Kalam Illahinya (Al-Qur'an, yang diturunkan di bulan yang mulia ini)...
Kalam Illahi merupakan (lagi dan lagi) surat tanda kasihNya pada manusia....
Karena ini adalah tanda kasih, jangan disimpan...ulang-ulanglah membacanya dan memahami apa yang dikendakiNya...

Semoga Allah mengampuni segala dosa-dosa kita.....Aamiin...

" yaa muqallibal quluub tsabit qalbii 'alaa diinik wa tho'aatik"

sebuah tulisan seorang sahabat, yang kutemukan dalam tumpukan file usang didalam hardisk. Semoga bermanfaat.

Friday, April 17, 2009

Teguran atas kelalaian seorang hamba

Tak kuasa diri membendung airmata. Rasa bersalah atas kelalaian yang terlaksana. Setiap detik ini alangkah begitu berharganya. Betapa meruginya bila hanya terbuang sia-sia. Itulah yang terjadi ketika diri terlalu sibuk dengan dunia. Hingga terabai seruanNya. Yang memanggil jiwa-jiwa yang suci untuk bersegera mengingatNya.

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. 13:28)

Dalam lalaiku tersentak. Tersadar kemudian mulai bergerak. Betapa Maha Pemurahnya Allah SWT, yang segera menegur hamba yang begitu banyak mendustakan nikmatNya, hamba yang senantiasa tak pernah terlepas dari dosa, hamba yang amalnya selalu saja tak pernah sempurna. Betapa Allah SWT mencintai hambaNya.

“Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhannya, (disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan Tuhan, sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka ialah Jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” (QS. 13 : 18)

Tersadar betapa miskinnya hamba ini. Jangankan sebanyak dunia, seujung kuku pun hamba tak memilikinya. Bukankah seluruh alam semesta ini milikNya? Bukankah langit dan bumi ini dalam genggamanNya? Lalu akan ditebus dengan apakah kelalaian diri ini?. Betapa Allah SWT Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Disini kebersujud, menangis, memohon ampunanNya.

Dada ini bagai dihujam tombak, tembus mengoyak jantung hingga berdarah. Betapa ngerinya kediaman dijurang jahanam. Tak sanggup diri ini membayangkan, terhempas penuh kehinaan dilembah yang buruk dan berbau busuk. Bersama para kufar dan munafik yang terpuruk.

Sementara pintu surga yang begitu indah kita abaikan. Sungai-sungai yang mengalirdibawahnya yang warnanya seputih susu dan rasanya semanis madu. Didalamnya ada kebun-kebun yang indah, buah-buahan yang bersusun, dan semua kenikmatan yang belum pernah kita jumpai sebelumnya. Disanalah balasan yang seharusnya kita berlomba-lomba untuk mendapatkan.

Sadarlah kawan !!! penuhilah seruan Allah dengan segera. Jangan kita menunda untuk hal yang tidak penting. Jangan sampai urusan dunia melalaikan akhirat kita. Bukankah dua puluh empat jam itu luang. Atau apakah masih kurang??? padahal yang kita urusi bukanlah kerajaan sebesar kerajaan Nabi Sulaiman 'alaihis salam. Tidak Kawan, jangan sampai ketika tiba akhir waktu, lalu merugilah kita yang lalai, yang meringankan urusan akhirat. Jadilah orang yang banyak memberi, walaupun ditengah keterbatasan yang kita miliki. Memberi tidak hanya berbentuk materi, tapi segala curahan isi hati. Yang terangkai seiring fajar meniti. Bersama rintik hujan yang biaskan pelangi. Indah berseri untuk sekali lagi temani langkah jalani hari penuh ketaatan pada Sang Pencipta Hakiki.

Monday, April 13, 2009

Muhassabah Diatas Airmata Sajadah

Maka pada malam yang sepi, aku coba bertepi. Dari segala hiruk pikuk dunia yang buat jiwa semakin mati. Kusadari begitu bodohnya diri ini, terjebak dalam kehidupan sendiri. Betapa begitu banyak waktu yang terbuang untuk hal yang tidak penting. Betapa tersia-siakannya kesempatan untuk melakukan banyak kebaikan. Kadang terlalu sombong dan naif, lalu tersedak, terhentak dan menangis sesengukan. Mata memerah dan suara serak, lalu luluh bersama tangis yang iringi sujud. Muhassabah diatas airmata sajadah.

Ketika diri coba reduksikan semua amarah yang membuncah, lalu coba selami makna cintanya Sang Maha Pemurah. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Tak kuasa diri ini untuk berkata, pertanda lemahnya diri sebagai seorang hamba. Hamba yang selalu saja melakukan dosa dan amal yang selalu saja tak sempurna. Maka diri ini tak kenal putus asa. Karena yakin bahwa Allah Yang Maha Pengasih akan selalu memberikan ampunan kepada hambaNya.

Disini kutetap berdiri, walaupun telah berkali-kali jatuh, terluka dan berdarah-darah. Kucoba untuk tetap membaca setiap bait hari dalam syair kehidupan. Syair yang coba teriakan isi hati. Karena diri ini begitu sulit untuk bercerita. Dan lidah yang selalu beku tuk ungkapkan rasa. Amal yang tak sempurna yang buatku terus mencoba tak kenal henti dan lelah. Dulu pernah kurasakan pekat jiwa yang hampa, lalu kini beralun melodi dalam nada kehidupan, seiring pelangi yang berikan warna indah pada ruhiyah.

akankah diri tetap istiqamah tuk lakukan kebaikan kecil disetiap harinya? Atau kebaikan yang banyak namun hanya sekali dari sekian kesempatan yang ada? Atau malah kebaikan itu hilang bersama banyaknya maksiat yang terlaksana. Semoga Allah SWT memberikan keistiqamahan di hati kita untuk bisa selalu mensyukuri nikmatNya, melaksanakan semua perintahNya dan menjauhi semua laranganNya. Bersabar dan optimislah. Beribadahlah seolah tiada hari esok untuk kita. Lalu bekerjalah dalam rangka ibadah untuk seribu tahun lamanya. Lakukan kebaikan disetiap kesempatan, karena akhir usia bukan kita yang menentukan.

Wednesday, April 8, 2009

Tak Perlu Teriakan...

"Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman."

"Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman." (QS. 9 : 13-14)


Mengapa kita tidak memilih? padahal ini adalah kesempatan kita untuk melawan. Lihatlah para firaun dan samiri yang berkeliaran. Didepan kedua mata kita mereka merampas harta negeri kita. Lalu dengan santai kita meneriakan untuk tidak memilih lantaran demokrasi adalah produk kufar. Jika memang begitu maka diri kalian sangat egois. Apakah kalian tidak peduli dengan para fakir miskin dikolong jembatan ibukota? Atau para dhuafa dipelosok nusantara? Bagaimana jika yang menjadi pemimpin adalah para kacung zionis. Lalu mereka membantai kaum musimin dengan sangat bengis. Siapkah kalian untuk tidak menangis?

Jika hanya demokrasi yang menjadi masalah. Biarlah ia menjadi piala bening. Apapun yang mengisinya akan menjadi warna baginya. Tugas kita adalah untuk menjaganya, jangan biarkan khamar yang haram menodai. Tapi kita harus bisa mengisinya dengan nilai-nilai islami dan syariat yang murni. Inilah perang kita kawan !!!, perang melawan para kufar yang mencoba menguasai negeri tercinta kita ini.

Tanyakannlah pada hatimu kawan !!! karena hati tak akan pernah berdusta. Apakah ini salah mereka yang tidak tahu apa-apa? Atau salah kita yang tahu tapi memilih untuk diam. Ingat kawan !!! sangat kejam dan biadab bagi mereka yang melihat tapi diam. Masih ada pemimpin negeri yang masih peduli dengan rakyatnya. Saya yakin bahwa Allah Maha Adil, setiap sisi kejahatan pasti akan ada sisi kebaikan disisi lainya yang siap menumpasnya. Temukanlah ia kawan atau jika kau tidak menemukannya cobalah jadi pemimpin yang baik untuk dirimu, keluargamu, dan lingkungan tempat tinggalmu. Jangan hanya mengeluh, tapi bekerjalah. Untuk duniamu dan akhiratmu.

Ketika seluruh muslim di negeri ini mengerti akan akidah yang murni. Maka tak perlu lagi teriakan, cukup salam yang menentramkan hati. Sampai saat itu tiba, maka kita harus bersatu. Bahu membahu untuk menyampaikan dakwah ini. Kepelosok negeri dibawah kolong langit ini. Sampaikanlah !!! sampaikanlah kawan...meski itu hanya satu ayat saja. Bersegeralah menuju kebaikan. Dan semuanya hanya karena ALLAH SWT.

"...dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba." (QS. 83 :26)

Friday, April 3, 2009

Untuk para sahabatku...

Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah: "Jikalau kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu". Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. (QS. 9 :42)

Ini adalah sebuah catatan tentang seorang hamba yang mendapatkan cahaya dalam pekatnya kehidupan. Banyak yang terjadi, begitu cepat hingga tampak tak berarti. Hijrahku telah membawaku pada sebuah oasis yang menyejukan. Pelepas dahaga jiwa yang gersang. Kini kusadari, bahwa aku harus kembali. Kembali kedalam pekat bersama lentera hati. Tuk menjemput mereka yang masih terbelenggu. Dalam poros dunia dan lingkaran setan.

Ini adalah sebuah catatan tentang resah dan gundah yang menyelimuti diri. Yang sedih karena panggilan hijrah ini masih belum terjawab pasti. Namun kehadiran sahabatlah yang membuatku tetap tegar meski telah terjatuh dalam menapaki tangga kehidupan ini. Terjatuh, lalu berdiri, kemudian terjatuh lagi dan untuk kesekian kali akan terus coba tuk berdiri untuk terus menapaki hari. Karena kehidupan ini begitu berarti dari sekedar meratapi diri. Luruskan niat, azzamkan jiwa ini, lalu melesatlah bagai peluru yang berpacu dengan waktu. Menembus batas-batas sejarah, membakar mimpi dan amarah.

Ini adalah sebuah catatan tentang kuli bangunan peradaban Islam di negeri tercinta Indonesia. Yang menyangga pilarnya dengan Akidah Islam yang lurus dan menyeluruh. Al Quran dan Sunah Rasul adalah rujukan pondasinya. Keimanan yang murni, ibadah yang benar dan bermujahadah adalah penerangannya. Yang semuanya terbingkai dalam kepahaman tentang fikrah Islamiyah yang murni. Di sini untuk kesekian kali kulantangkan Syahadat sekali lagi. Asyhadu alaa ilaaha illa Allahu wa asyhadu anna muhammadu rasulullah. Inilah registrasi Iman untuk ikut berlomba dalam kebaikan.

Untuk para sahabatku, dimanapun kalian berada...

Kuingin kalian tahu bahwa sampai kapanpun diri ini akan terus mengenangmu. Dalam suka duka yang warnai hari-hari kita dulu. Dalam memori yang ungkap begitu banyak cerita. Tentang persahabatan dan cinta. Mari kita berhijrah kawan, Rumah Allah SWT yang begitu indah untuk kita bernaung dibawahnya. Dalam taman-taman syurga, yang pancarkan aroma ilmu. Dalam ikatan Akidah yang kokoh dan tak akan goyah, Bersama ukhuwah sebagai kekuatan terbesar kita.