Monday, December 7, 2009

Izinkanku Berbicara Tentang Cinta

BismiLLAH

Ba'da Tahmid wa Shollawat.

Dalam keluhan yang terlontar bersama perihnya mata memandang sebuah fenomena yang tak asing. Sebuah fenomena yang membuat dada terasa diiris pisau tajam. Apakah yang menyakiti hati selain melihat seorang sahabat terus menerus berada dalam kefasikan. Dari jauh kuhanya bisa berkata bahwa jurang itu begitu dalam. Kukatakan bahwa tetaplah berpegang pada tali agama ALLAH. Namun ucapan ini tak lebih dari sekedar ocehan tak berarti dibandingkan dengan bisikan hawa nafsu yang penuh hasrat dan dengki. Dengan angkuh dirinya berkata “tenang kawan....angin ini tak kan sanggup membuatku terjatuh!”.

Mengatasnamakan dakwah untuk mempromosikan diri. Seolah dialah yang paling berahlak islami. Sehingga setiap mata memandang dirinya seolah tanpa cacat, dikagumi, dipuji, dan hingga dilabeli aktivis dakwah sejati. Itukah yang kau kejar kawan? Sebuah title dunia yang fana, sebuah arti dari eksistensi keberadaan dirimu, sebuah bukti bahwa kau telah berkontribusi dalam dakwah, sehingga kau merasa berhak dan layak atas 'ghonimah' yang terkumpul. Maka kefanaan dunia lebih kau kejar ketimbang nikmat syurga yang luasnya melebihi langit dan bumi. Sekali-kali TIDAK kawan ! Semua ini hanya ujian, HANYA UJIAN !!!

Lalu dimana dirimu ketika ummat ini merintih, menjerit karena hidupnya terlampau sulit. Ketika seorang anak Muslim harus menjalani hari-harinya tanpa bekal keimanan. Karena terpaksa harus membantu kedua orangtuanya yang miskin. Bersama panas aspal dan debu jalanan yang menambah dekil kulit dan pakaian mereka. Sedang ketika kita berlebih dalam rezeqi tak pernah kita pedulikan mereka. Lebih baik bagi kita untuk mengundang mereka yang berkelas daripada anak yatim dan orang miskin. Dan kini kau berteriak tentang KEADILAN, keadilan macam apa??? Omong kosong yang coba kau leburkan dengan hawa nafsu agar terlihat elegan di mata akhawat yang mengagumimu.

Dan kini, kau coba persempit makna indah sebuah kalimat “uhibbukum fiLLAH” dengan menjadikannya sebuah ungkapan kasih sayang kepada bukan mahram. Berkelit menggunakan label ukhuwah untuk semata-mata mencari secuil perhatian lawan jenis. Tertunduk mata tetapi lisan dan kata liar bersumber dari jari-jemari dan hawa nafsu. Berteriak “JANGAN DEKATI ZINA !!!” namun hati selalu mengingat sang pujaan fana. Menjadikannya motivasi niat sebuah amal yang fana, sebagaimana kefanaan akan kembali fana. Maka habislah amal dijilat api neraka.

Izinkanku berbicara tentang cinta. Cinta ibarat sebuah pelita dalam sebuah bangunan, yang menjadikan setiap bilik bercahaya benderang. Sehingga terlihatlah pancaran keindahan dari dinding-dinding ukhuwah yang terukir bersamanya ucapan salam dan ungkapan kasih sayang yang tulus karena mengharap keridhaan ALLAH Azzawajall semata. Inilah cinta yang terbangun atas keridhaan seorang hamba terhadap ketentuan ALLAH Azzawajall, atas Deen ini sebagai sistem hidup yang menyeluruh, dan atas utusanNYA yang membawa risalah mulia sekaligus sebagai teladan dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Keridhaan yang menjadikan ALLAH dan RasulNYA sebagai prioritas, membela agamaNYA adalah pahala, dan dedikasi hidupnya hanya meraih ridha ALLAH Ta'ala semata.

Inilah cinta yang membawa kenikmatan dalam ketaatan kepadaNYA. Lihatlah Mush'ab bin Umair, si tampan yang lebih memilih bukit uhud yang gersang daripada seluruh wanita cantik quraisy yang mengaguminya. Dalam detik-detik terakhir sebelum syahid, walau dengan giginya dia mampu mengangkat kembali Panji Tauhid dan mengobarkan semangat juang kaum muslimin. Inilah kekuatan cinta sejati, cinta yang bersumber dari ridha Illahi. Memberikan kekuatan untuk bangkit, walau tubuh hancur dan tak utuh lagi.

Kini bangkitlah dari keterpurukanmu, susunlah kembali puing-puing keimanan yang telah kau hancurkan dengan egomu. Ucapkan dengan lantang dari lisanmu kalimat Tauhid yang menggetarkan, lalu tanamkan dengan kokoh didalam hatimu dan implementasikanlah dalam setiap tindakanmu. Teruslah bekerja dan beramal, tebarkan cinta dan pengetahuan. Lakukannlah semua dengan tulus ihklas mengharap ridha Sang Pemilik Cinta dan Pengetahuan. Janganlah mengharapkan balasan dari sesama manusia, tapi berharaplah dari ALLAH Azzawajall. KepadaNYA semua akan kembali, segala hasil yang kita upayakan merupakan kehendakNYA yang tak dapat kita campuri, sedang yang bisa kita lakukan adalah terus beramal dan mengharap keridhaanNYA.


Sebuah tulisan untuk diri saya prbadi, sebagai catatan agar senantiasa mencintaiNYA karena saya juga manusia biasa yang tak pernah lepas dari khilaf dan salah. Sebagai insan yang lemah dan tak berdaya, sudah sepatutnya bagi kita hanya memohon kekuatan kepadaNYA Yang Maha Perkasa.

WaALLAHua'lambishawwab