Sunday, June 21, 2009

Download

Sorry ! The page that you requested is not available for a while. click here to return.
Shukran katseer.

Salaam

Aditia A. Pratama

Tuesday, June 9, 2009

'ASMA BINTI YAZID AL ASYAHALIYYAH


Seorang mujahidah tangguh yang bergelar Khothibatun Nisa (wanita yang pandai berorasi). Sosok yang begitu cerdas sebagai seorang muslimah Ahli Hadits. Memiliki kepribadian yang kuat dan tidak malu untuk menanyakan sesuatu kepada Rasulullah SAW. Dia adalah wanita pemberani yang ikut membunuh sembilan orang tentara Romawi dalam perang Yarmuk setelah tahun 13 Hijriyah. Dalam perang tersebut, 'Asma binti Yazid menyertai kaum Muslimin bersama wanita Mukminat lain berada di belakang para mujahidin mempersiapkan senjata, memberikan minum dan mengobati yang terluka serta memompa semangat juang kaum Muslimin.


Beliau sering bertanya tentang persoalan-persoalan yang menjadikan ia faham dalam urusan dien. Beliau pulalah yang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang tata cara thaharah bagi wanita yang selesai haidh. Beliau memiliki kepribadian yang kuat dan tidak malu menanyakan sesuatu yang haq. Oleh karena itulah Ibnu Abdil Barr berkata Beliau adalah seorang wanita yang cerdas dan bagus diennya”.


Beliau dipercaya oleh kaum muslimah sebagai wakil mereka untuk berbicara dengan Rasulullah SAW tentang persoalan persoalan yang mereka hadapi. Pada suatu ketika Asma` mendatangi Rasulullah SAW dan bertanya Wahai Rasulullah , sesungguhnya saya adalah utusan bagi seluruh wanita muslimah di belakangku, seluruhnya mengatakan sebagaimana yang aku katakan dan seluruhnya berpendapat sesuai dengan pendapatku. Sesungguhnya Allah Ta`ala mengutusmu bagi seluruh laki-laki dan wanita, kemudian kami beriman kepadamu dan membai`atmu. Adapun kami para wanita terkurung dan terbatas gerak langkah kami. Kami menjadi penyangga rumah tangga kaum lelaki, dan kami adalah tempat melampiaskan syahwat mereka, kamilah yang mengandung anak-anak mereka, akan tetapi kaum lelaki mendapat keutamaan melebihi kami dengan shalat jum`at, mengantar jenazah dan berjihad. Apabila mereka keluar untuk berjihad kamilah yang menjaga harta mereka, yang mendidik anak-anak mereka, maka apakah kami juga mendapat pahala sebagaimana yang mereka dapat dengan amalan mereka?”.


Mendengar pertanyaan tersebut, Rasulullah SAW menoleh kepada para sahabat dan bersabda : Pernahkah kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang dien yang lebih baik dari apa yang dia tanyakan?. Para sahabat menjawab, Benar, kami belum pernah mendengarnya ya Rasulullah!.


Kemudian Rasulullah SAW bersabda: Kembalilah wahai Asma` dan beritahukanlah kepada para wanita yang berada di belakangmu bahwa perlakuan baik salah seorang diantara mereka kepada suaminya, dan meminta keridhaan suaminya, mengikuti (patuh terhadap) apa yang ia disetujuinya, itu semua setimpal dengan seluruh amal yang kamu sebutkan yang dikerjakan oleh kaum lelaki. Maka kembalilah Asma` sambil bertahlil dan bertakbir merasa gembira dengan apa disabdakan Rasuslullah SAW.


Meresapi perjuangan seorang 'Asma binti yazid tentunya memberikan suatu ghirah bagi diri muslimah untuk bisa terus berjuang dan memberikan yang terbaik bagi ISLAM. Tidak lantas menyerah dan merasa terbatas gerak langkah oleh fitnah dirinya. Lantas semangat juang 'Asma binti Yazid hendaknya terpahat dengan indah di setiap bongkahan jiwa para muslimah. Yang menjadikan mereka seperti melati, meski tampak tak bermakna. Sebab ia ‘kan tebar harum wewangian tanpa meminta balasan. Sebab ia begitu putih, seolah tanpa cacat. Sebab ia tak takut hadapi angin dengan mungil tubuhnya. Sebab ia tak ragu hadapi hujan yang membuatnya basah. Sebab ia tak pernah iri melihat mawar yang merekah segar. Sebab ia tak pernah malu pada bunga matahari yang menjulang tinggi. Sebab ia tak pernah rendah diri pada anggrek yang anggun. Sebab ia tak pernah dengki pada tulip yang berwarna-warni. Sebab ia tak gentar layu karena pahami hakikat hidupnya. Melati ikhlas ‘tuk selalu menerima keadaannya, meski tak terhitung pula bunga-bunga lain dengan segala kecantikannya.


Waallahu’alam bishawwab


Diambil dari buku Mengenal Shahabiah Nabi SAW dengan sedikit perubahan,

penerbit Pustaka AT-TIBYAN, Hal. 172-176.

Dan syair Metamorfosa - Thufail Al Ghifary